Tentunya
menghindari bahayanya serta memanfaatkan faedahnya tidak hanya
diperlukan ketika sedang membutuhkan saja. Cerita sejarah gunung Merapi
juga menarik utk diketahui sebagai pengetahuan bagi kita yang awam
volkanologi. Dibawah ini tulisan dari Badan Geologi mengenai sejarah
Gunung Merapi yang pada bulan Oktober 2010 lalu bergolak.
SEJARAH GEOLOGI
Hasil
penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat
kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok
besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya
(Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000)
menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut
Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat
dibagi atas 4 bagian :
PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)
Disebut
sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000
tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali.
Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung
orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas
muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi
sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi
mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit
ditemukan.
MERAPI TUA (60.000 – 8000 tahun lalu)
Pada
masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan
fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi
awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan
berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan
dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan
lahar.
MERAPI PERTENGAHAN (8000 – 2000 tahun lalu)
Terjadi
beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan
Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya
terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas
Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.
Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan “de¬bris-avalanche”
ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7
km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini
terbentuk Kawah Pasarbubar.
MERAPI BARU (2000 tahun lalu – sekarang)
Dalam
kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut
sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi.
Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan
Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari
Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah
menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi.
Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah
menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI)
sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar
terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra
yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang
lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan
Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut
Berthommier, 1990.
Peta
menunjukkan sebaran endapan awanpanas Merapi 1911-2006. Hanya wilayah
timur lereng yang bebas dari arah aliran awapanas dalam kurun waktu
tersebut.
SEJARAH ERUPSI
Tipe
erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah.
Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan
tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak
begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu
terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi
terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan
kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).
Merapi
termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang
tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu
erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan
selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah
mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada
masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan
Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu
istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara
tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.
Sejarah
letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun
demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir
abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering
dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu
peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga
baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi
sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara
rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai
letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan
Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung
selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar
sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir
semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo,
Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.
Awanpanas
dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada
di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai
elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada
elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau,
perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan
yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda.
Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah
lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung
Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas
vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G.
Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda
dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi
tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya.
Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai
awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit
tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990).
Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.
Pada
elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit
Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian
atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling
lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan
bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam
orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang
menjadi pusat aktivitas Merapi sebelum terbentuknya puncak.
Diperkirakan
bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk
mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung
Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan
cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi
sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda
dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah
berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian
sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak
aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan.
Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona
lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam
kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun
juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran
kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava
baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau
tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada
perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya. Sehingga
tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran
maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan
bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas.
Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava
biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari
terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih
cukup kuat karena beban material.
Lain
halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan
zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila
pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka
arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di
sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan
terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan
kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 – 1998) akan
mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi
pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama.
Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris
yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya
tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi
bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih
dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai
titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah.
Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).
Penumpukan
material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama
terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa
letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain
letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m,
periode 1846 – 1848 (200m), periode 1849 (250 – 400m), periode 1865 –
1871 (250m), 1872 – 1873 (480 – 600 m), 1930, 1961.
Sumber artikel :
Badan Geologi
0 comments:
Post a Comment